Mantantimali

Mantantimali terletak 2 kilometer dari desa wayu, kecamatan kinovaro kabupaten sigi Sulawesi Tengah atau sekitat 30km arah selatan dari Kota Palu. Mantantimali adalah nama sebuah Desa diatas Pegunungan Verbek, berada disisi kiri dari puncak gawalise. Mantantimali berada diketingian 1.500Mdpl.

Gunung Mantantimali, terletak sekitar 30 km dari arah selatan Kota Palu. Berada di ketinggian kurang lebih 1.500 mdpl dan merupakan salah satu tujuan wisata yang sangat terkenal di Palu.Wisatawan yang berkunjung ke Palu dapat menikmati pemandangan indah Palu dari puncak Gunung Mantantimali. Tak hanya itu, Mantantimali juga menjadi salah satu lokasi paralayang terbaik se Asia.

Sehingga sebuah event paralayang internasional pernah diadakan di Mantantimali. Biasanya wisatawan yang bernyali besar dan penasaran ingin mencoba sensasi terbang dapat mencoba tandem flight, dengan merogok kocek sebesar Rp 300.000 ribu rupiah untuk sekali terbang.Terbayang bagaimana sensasi terbang sambil menikmati pemandangan indah Kota Palu dari atas langit. Biasanya sekali terbang akan ketagihan ingin mencoba lagi. Dari atas ketingian terlihat laut dan Kota Palu yang dikelilingi pegunungan.

Bukan hanya sensasi terbang yang ditawarkan. Jika penasaran ingin melihat keindahan Palu di malam hari, biasanya banyak wisatawan yang datang membawa peralatan kemping.Soalnya di malam hari pemandanga Kota Palu akan terlihat indah dari ketinggian Mantantimali. Tak jauh beda indahnya dengan pemandangan Hong Kong di malam hari.jembatan palu.jpg

Menjelang pagi kita dapat melihat pemandangan matahari terbit dan langit yang berwarna jingga, udara pegungunan yang dingin dan berkabut tipis. Selain olahraga paralayang, Camping ditempat ini juga sangat mengasikan dimana kalian juga disuguhkan dengan panorama pegunungan gawalise yang sangat menawan dan keindahan lembah Kota Palu kita dapat nikmati ditempat ini.

Pulau Kelelawar

 

img_20120524083246_4fbd8fbe90523

Pulau Kelelawar di Sulawesi Tengah boleh saja terlihat cantik di siang hari. Tapi ketika mentari mulai tenggelam, ribuan kelelawar akan berterbangan memenuhi langit dengan semburat warna jingga.

Banyak orang menganggap kelelawar merupakan hewan yang menyeramkan. Tapi, Pulau Kelelawar di Sulawesi Tengah justru menjadi destinasi yang sangat menarik untuk liburan akhir pekan. Selain berlibur, wisatawan juga bisa melihat kehidupan hewan ini dari dekat.

Berlibur mengunjungi sebuah pulau menjadi pilihan berlibur untuk sebagian orang. Namun, apa jadinya kalau kita berlibur di rumah hewan yang sering digambarkan sebagai jelmaan “Drakula”. Ya, Pulau Kelelawar di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah justru menjadi target wisatawan.

Hamparan pasir putih serta lebatnya hutan bakau menjadi pintu masuk wisatawan di Pulau Kelelawar. Berbeda dengan pulau-pulau lainnya yang dilengkapi oleh resort dan kafe, di sini hanya ada kumpulan pohon bakau yang lebat. Pohon-pohon inilah yang menjadi tempat bertenggernya ribuan kelelawar.

Uniknya, pulau yang satu ini sudah menjadi rumah untuk berbagai jenis kelelawar. Kalau mengunjungi daerah ini pada siang hari, Anda akan melihat kelelawar yang sedang bergelantungan di pohon bakau. Nah, biasanya traveler yang datang pada pagi atau siang hari menghabiskan hari dengan berenang, snorkeling, memancing, berperahu, atau sekadar bersantai di pantai.

Tapi, cobalah Anda berlama-lama di pulau ini hingga senja tiba. Karena pada saat itulah kejadian unik dan memesona mewarnai pulau seluas 10 hektar ini. Ketika matahari mulai terbenam kelelawar-kelelawar tersebut akan beterbangan mengitari pulau bahkan terlihat seperti memenuhi langit. Atraksi ribuan kelelawar tersebut menjadi pesona dan pemandangan yang memukau.

Gradasi kemerahan di langit semakin mempercantik senja di Pulau Kelelawar. Eits, jangan sampai lupa mengabadikan fenomena unik ini melalui jepretan kamera atau handycam.

Untuk menuju pulau ini wisatawan dapat menggunakan perahu motor. Pelancong akan menempuh perjalanan selama kurang lebih 10 menit. Di sepanjang perjalanan dua tanjung hutan bakau yang menyerupai pintu masuk menuju pulau akan menyambut kedatangan Anda.

Berlibur ke Sulawesi Tengah jangan lupa mengunjungi Pulau Kelelawar dan melihat magisnya langit saat senja. Sebelum pulang, wisatawan juga bisa membeli ikan segar hasil tangkapan nelayan sebagai oleh-oleh.

Lembah Bada

Secara administratif pemerintahan berada didalam Kecamatan Lore Selatan. Desa Gintu adalah ibukota kecamatan, dimana pengunjung Lembah Bada biasa tinggal saat melakukan ekplorasi Lembah Bada. Tempat ini sudah terkenal di kalangan pelancong manca negara sejak lama. Sebelum krisis moneter wisatawan dari Eropa Barat sudah berbondong-bondong mengunjungi Lembah Bada. Mereka umumnya berasal dari kelompok penggemar trekking di negaranya.

Lembah Bada memiliki pemandangan yang spektakuler. Sebuah daerah yang relatif datar, yang dikelilingi perbukitan, sehingga awan yang tertahan dipuncak bukit yang mengelilingi lembah menyajikan pemandangan dramatis. Sering terlihat satu bagian Lembah Bada dimana hujan sedang jatuh, sedangkan bagian lainnya matahari menyelinapkan cahayanya dari balik awan. Jika angin bertiup keras maka terlihat tirai hujan yang berjalan menyapu lembah.

Ditengah Lembah Bada mengalir Sungai Laeriang, dan kemudian Sungai Malei menyatu dengan Sungai Laeriang, menambah derasnya aliran Sungai Laeriang. Karena inilah Sungai Laeriang dahulu pernah dipakai sebagai tempat olahraga pengarungan sungai. Di tengah Lembah Bada sendiri arus Sungai Laeriang cukup tenang karena alur yang dilalui relatif datar.

 

Hal lain yang menjadi daya tarik utama Lembah Bada adalah keberadaan artefak batu berupa patung dan tempayan peninggalan kebudayaan megalithik. Patung Megalitik di Lembah Bada merupakan wajah manusia yang sudah distilasi, dimana alis dan hidung digambarkan menjadi satu, sedangkan bagian mulut dihilangkan. Patung di Lembah Bada umumnya memiliki tanda gender yang jelas. Di patung Palindo dan Meturu terukir gambar alat kelamin laki-laki. Dan sedangkan pada patung Langke Bulawa digambarkan alat kelamin wanita. Perbedaan gender juga digambarkan pada raut wajah, dimana pada patung wanita, wajahnya digambarkan seperti dahi yang tertutup poni.

Patung terbesar adalah Palindo yang memiliki tinggi hampir tiga meter. Keadaan patung ini sekarang miring. Menurut cerita, dahulu Raja Palopo memerintahkan untuk memindahkan patung ini kehalaman istananya sebagai tanda kekuasaannya atas lembah Bada. Namun usaha ini gagal dilakukan. Maturu dan Topaturu adalah patung laki-laki yang memiliki ukuran hampir sama dengan Palindo, tetapi kedua patung ini dalam posisi rebah ditanah dengan arah muka Maturu menghadap ke langit dan Topaturu menghadap ke tanah.

Patung-patung manusia lainnya berukuran tinggi sekitar 1,5 meter dengan diameter sekitar 50 cm. Selain patung manusia dewasa terdapat patung Oba yang berukuran tinggi 70 cm dengan raut jenaka, dan tanda kelamin yang belum jelas. Warga menyebutnya sebagai bentuk kera, tetapi juga bisa diartikan sebagai representasi anak-anak.

Selain peninggalan berbentuk patung, terdapat artefak berbentuk tempayan besar bertutup berdiameter 1,5-2 meter, yang dahulu sepertinya digunakan untuk tempat penyimpanan. Mengenai apa yang disimpan didalamnya masih merupakan spekulasi. Bisa jadi tempayan ini dipakai untuk menyimpan air, barang-barang berharga, atau malah merupakan peti mati purbakala. Warga sekarang menyebutnya dengan Kalamba. Ada sekitar 50 buah Kalamba di lembah Bada, sebagian masih dalam kondisi utuh, dan sebagian lagi sudah rusak.

Artefak di Lembah Bada diyakini belum seluruhnya tersingkap. Seperti patung Manitu, yang berada di dasar aliran sungai kecil, sehingga hanya dapat dilihat saat air sungai surut. Sedangkan dimusim penghujan, patung ini terendam dibawah aliran air. Bagi masyarakat yang sekarang menghuni Lembah Bada, hampir tidak ada ikatan yang bersifat emosional-irrasional dengan artefak batu ini. Namun kehadiran artefak batu ini memberi suatu pemahaman pada mereka, bahwa dahulu kala Lembah Bada pernah dihuni oleh masyarakat yang berada dalam suasana damai dan berkemakmuran sehingga dapat menghasilkan karya patung dan tempayan batu ini. Hal ini sedikit banyak memberikan motivasi kepada mereka, untuk tetap menjaga wilayah mereka dalam suasana damai.

Danau Lindu

Merupakan danau yang terletak di Kecamatan Kulawi, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah dan berada di dalam Taman Nasional Lore Lindu. Wilayah yang sering disebut Dataran Lindu ini dikelilingi oleh punggung pegunungan.

Di wilayah yang berpenduduk dengan luas wilayah ini juga terkenal dengan laboratorium untuk pemeriksaan penyakit yang disebabkan oleh sejenis cacing schistosomiasis yang hanya bisa hidup melalui perantaraan sejenis keong endemik yang juga hanya hidup di beberapa tempat di dunia.

Danau Lindu dimasukkan ke dalam kelas danau tektonik yang terbentuk selama era Pliosen setelah bak besar dilokalisasi dari sebuah bagian rangkaian pegunungan. Merupakan danau terbesar kedelapan di Sulawesi dari segi wilayah maksimal permukaannya. Danau ini biasa dikatakan melingkupi sekitar 3.488 ha. Pada ketinggian sekitar 960 m di atas permukaan laut dan danau ini merupakan badan air terbesar ke-dua dari pulau ini (yang lebih kecil, Danau Dano hanya 50 m lebih tinggi).

Daya tarik Hutan Wisata Danau Lindu adalah keindahan panorama pegunungan dan pemandangan danau, khususnya bagi wisatawan pejalan kaki dan pendaki gunung. Danau Lindu terkenal dengan melimpahnya ikan dan merupakan habitat bagi berbagai macam tumbuhan dan hewan.

 

Pulau Bola merupakan pulau yang berada di tengah Danau Lindu dan terdapat makam Raja Tua Maradindo. Untuk mencapai Danau Lindu dapat menggunakan kendaraan bermotor roda dua sekitar 1 jam atau naik kuda sekitar 2 jam dari Desa Sidaunta yang berjarak 13 Km ke lokasi danau sementara jarak Desa Sidaunta sekitar 60 Km dari Kota Palu. Setiap tahunnya kawasan ini diselenggarakan Festival Danau Lindu yang merupakan Supporting Event di Kota Palu khususnya dan Sulawesi Tengah.

Danau Talaga

Danau Talaga atau Danau Dampelas adalah sebuah danau yang berlokasi di kawasan pantai barat Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Indonesia, tepatnya di bawah kaki gunung Sitangke, Desa Talaga, Kecamatan Damsol, sekitar 170 kilometer sebelah utara Kota Palu.

Danau Dampelas biasa pula disebut Danau Talaga sesuai nama desa sekitar danau, namun umum disebut Dampelas sesuai bahasa dan etnis terbesar di wilayah tersebut. Pemanfaatannya sebagai sumber air untuk kebutuhan mandi dan mencuci bagi penduduk di sekitarnya. Di tepinya banyak tumbuh pohon sagu yang sengaja ditanam penduduk setempat sejak lama sebagai salah satu sumber pangan. Di dalam danau terdapat jenis ikan mujair, ikan lele, ikan mas dan terdapat salah satu jenis kerang (tude) yang menjadi sumber perikanan air tawar bagi penduduk setempat. Danau ini termasuk unik karena muaranya merupakan pertemuan dengan air laut perairan Selat Makassar.

Setiap tahun di area danau dilaksanakan Festival Danau Dampelas sebagai kegiatan pariwisata budaya. Hal yang unik saat air laut surut yaitu air danau Dampelas ikut mengalir ke laut. Itulah sebabnya masyarakat setempat menyebutnya sebagai muara danau. Hal inipula yang menyebabkan ekosistem danau ini memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan danau lainnya.

Danau Dampelas memiliki mitos yang menjadi cerita turun temurun, yang oleh Jamrin Abubakar seorang wartawan di Donggala telah menuliskannya dalam sebuah legenda dengan judul Legenda Danau Dampelas.

Legenda Danau Dampelas berawal dari keinginan sang pelaut menaklukkan Negeri Dampelas. Akhirnya terjadi perlawanan dari Mahadia. Peperangan pun terjadi hingga telaga yang dijadikan area pertarungan kemudian menjadi Danau Dampelas di Desa Talaga.

Teluk Tomori

Kolonedale sebuah Kota kecil di Kabupaten Morowali propinsi Sulawesi Tengah, memiliki sebuah tempat yang menawarkan panorama alam dan dunia bawah laut yang eksotis yang bernama Taman Laut Teluk Tomori. Berada persis di depan kota Kolonedale yang menjadi pintu gerbang menuju ke Taman laut Tomori atau ke kawasan cagar alam morowali, taman laut yang indah ini merupakan urutan ke-27 dunia.

Di Kolonedale terdapat pelabuhan utama yang menghubungkan jalur transportasi laut Kabupaten Morowali dengan daerah lainnya. Sebagian besar penginapan, pertokoan, terminal dan pasar berada di kawasan yang terletak tidak jauh dari dermaga ini. Teluk ini memiliki keindahan alam yang unik dan menarik. Airnya tenang dan kadang-kadang menyerupai sebuah cermin yang memantulkan bayangan gunung di sekitarnya.

Panorama alam ini semakin indah dengan adanya rangkaian kepulauan yang indah yaitu Payau Dara nama pulau yang terletak di pusat laut dan beberapa pulau kecil lainnya, seperti Pulau Lampu, Pulau Tokabe, Pulau Bunda dan Pulau Tomori. Teluk ini juga memiliki ribuan spesies ikan karang yang unik dan cantik, hal ini menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk melakukan kegiatan snorkeling ataupun penyelaman di sini.

39676296_256003768454198_4943997752766889984_n

Di teluk ini pula terdapat Pulau Tomori yang sangat indah dan kerap dikunjungi wisatawan, sebuah pulau kecil yang berbentuk oval yang memanjang dari utara ke selatan dengan pantai di bagian timur dan barat yang berpasir putih tetapi pantai di bagian utara dan ke selatan merupakan bebukitan yang tingginya hingga 300 meter.

Di sana juga terdapat batu karang di tengah laut yang menyerupai pohon beringin setinggi 25 meter dari dasar laut dan disebut Batu Apali oleh masyarakat Tomori yang tinggal disekitar teluk, Ada pula warisan kuno di puncak batu itu dan dianggap keramat oleh masyarakat setempat, setiap perahu yang lewat di sana harus membunyikan sirene.

Karena daerah ini memiliki curah hujan yang tinggi dan terjadi hampir sepanjang tahun maka waktu terbaik untuk mengunjungi tempat ini adalah antara bulan September dan November. Kawasan ini dapat dicapai dengan transportasi darat Dari Kota Palu ke Kolonedale memakan waktu kurang lebih 24 jam.

Cagar Alam Morowali

993511a0-77a9-338f-8b82-2bf2d1c1e8b2

Mempunyai nilai pelestarian yang tinggi sebab daerah ini merupakan salah satu daerah terluas yang masih ada dan merupakan daerah hutan hujan dataran rendah alluvial di Sulawesi. Selain itu untuk melindungi tipe hutan yang tumbuh pada batu-batuan beku basah atau ultra basah. Cagar alam ini seluas 225,000 Ha, berfungsi pula sebagai perlindungan sejumlah spesies mamalia dan burung endemik yang mempunyai daya tarik. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.: 374/Kpts-VII/1986, tanggal 24 Nopember 1986 ditetapkan sebagai Cagar alam dengan peruntukan sebagai tempat perlindungan ekosistem hutan tropis yang kompleks.

Sebagai kawasan cagar alam Morowali , Morowali memiliki berbagai potensi seperti tipe ekosistem yang lengkap dari tipe hutan pantai sampai tipe hutan pegunungan. Keindahan alam kawasan ini dapat dimanfaatkan untuk tujuan pendidikan, penelitian dan pariwisata.

Ekosistem dikawasan ini sebagian besar didominir oleh jenis-jenis: Hutan Mangrove, Jenis yang dominan seperti (Rhizophora bruguiera sp., Cedops sp., Pandanus sp.) dan lain-lain.Hutan Alluvial Dataran Rendah Didominir oleh Callophyllum sp, Alstonia sp., Garcinia sp., Palaqulum dan Santiria. Hutan Pegunungan, Jenis Castanopsis sp., Palaqulum sp. Pangium edule dan Lithocarpus sp. banyak mendominir tipe hutan ini juga terdapat Agathis sp., Diospyros sp. dan Parinari sp. Hutan Lumut, Tipe ekosistem ini terdapat pada ketinggian 1.600 m dari permukaan laut.

Pohon-pohon yang tumbuh pendek dan terlihat kerdil atau kurang baik pertumbuhannya. Didominir oleh jenis Querqus sp, Litocarpus sp, Tristania sp. Pada tipe ini lumut banyak ditemukan bergantungan pada jalinan cabang-cabang pohon dan Nepenthes sp. (kantung semar) yang besar-besar banyak dijumpai dipuncak-puncak pegunungan. Cemara (Casuarina sumatrana) merupakan pohon yang menjulang didaerah yang lebih kering dan merupakan tegakan murni disepanjang tepi S. Morowali. Agatis merupakan tanaman dominan dibeberapa daerah sebelah timur laut S. Tiworo. Agatis ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat setempat dengan menyadap getah damarnya. Selain itu beberapa jenis Orchidaceae banyak tumbuh dalam kawasan ini.

Di tempat ini Ada beberapa Fauna yaitu Mamalia, Kebanyakan mamalia besar Sulawesi, termasuk Anoa pegunungan/dataran tinggi yang endemik (Bubalus quarlessi), Babirusa (Babyroussa babirusa), Kera (Macaca tonkeana), Kus-kus beruang (Phalanger ursinus), Babi hutan (Sus scrofa), Rusa (Cervus timorensis) dan Musang abu-abu (Viverra tangalunga), Tarsius sp. juga dapat dijumpai dikawasan ini.

Cagar Alam Morowali memiliki habitat yang kaya, sehingga mempunyai fauna burung yang paling representatif. Jenis-jenis elang laut paruh putih (Haliaetusleucogaster), Belibis (Dendrocygna so.), Kum-kum hijau (Ducula aenea) dan Kum-kum putih (Ducula sp.). Burung pelatulk endemik dan Coracias temminckii yang endemilk. Jenis Megapodius seperti Maleo (Macrocephalon maleo) dan burung Gosong (Megapodius frycinet) banyak dijumpai ditepi S. Morowali, lembah Masoyo dan lembah Sumara serta beberapa sungal kecil.Reptilia, Beberapa jenis Bengkarung, Ular Sanca (phyton reticulatus), Ular rumput (Natrixsp,) serta Ular hijau kepala segitiga. (Trimesurus wagleri). Biawak dan Kura-kura juga terdapat dalam kawasan ini.

Keindahan Cagar alam Morowali dapat dinikmati terutama bagi petualang yang menyenangi kegiatan jalan jauh, mendaki gunung dan panorama hutan hujan di Morowali.
Budaya dan Obyek Wisata Pendukung Budaya suku Wana yang mendiami kawasan ini dengan kebiasaan berburu dan berladang berpindah-pindah. Orang-orang Wana berburu babi hutan, rusa dan babirusa. Obyek wisata lain yang dapat dinikmati adalah obyek wisata teluk Tomori yang diusulkan sebagai taman wisata laut yang menarik antara lain batu payung yang jelas nampak seperti payung pada saat air laut surut Kemudian gua tapak tangan di desa Tapahulu dan Ganda – ganda yang bernilai sejarah peninggalan Sawerigading.

Selain itu terdapat pula air terjun Ganda-ganda yang tingginya mencapai 15 meter. Berenang dipantai atau bermain sky air dan memancing dapat pula dilakukan di kawasan Teluk Tomori ini. Penelitian, Kegiatan penelitian dapat dilakukan dikawasan ini terutama bidang biologi, ekologi, geologi dan kehidupan sosial budaya suku Wana. Beberapa penelitian telah dilakukan antara lain, mengenai sistem perladangan berpindah suku Wana dan cara perburuan suku Wana. Pendidikan, Dapat dilakukan kegiatan pendidikan pengenalan tumbuh-tumbuhan, pembinaan cinta alam, pendidikan kader konservasi. pendakian, Pendakian gunung dapat dilakukan di G. Tambusisi (± 2.422 m), G. Morowali (± 2.280 m), dibagian selatan dan gunung berpuncak kembar G. Tokala (2.630 m).

Rekireasi dan Wisata Alam lain, Kegiatan lain yang dapat dilakukan berjalan kaki sambil menikmati pemandangan. Perkampungan suku Wana juga menarik perhatian sebagai obyek wisata, mereka bermukim didaerah lembah Sobuku dan didaerah Kayu Merangka.

Wisata Tanjung Api

Wisata Tanjung Api terletak di Teluk Tomini Ampana Kabupaten Tojo Una-Una Sulawesi Tengah. Secara administratif, Tanjung Api berada di 2 (dua) wilayah Kecamatan yaitu Ampana Kota dan Ampana Tete. Lokasi Wisata ini dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama kurang lebih 5 jam dari kota ampana atau dengan menggunakan Speed Boat selama kurang lebih 20 menit dari Pelabuhan Ampana.

Tanjung Api Ampana memiliki keunikan berupa Gas Alam yang keluar secara alami disepanjang Tanjung ini. para Wisatawan yang berkunjung ketempat ini cukup menggali sekitar 5-10 cm, maka Gas Alam yang ada di tanjung ini akan keluar dan dapat kita nyalakan dengan korek api. Kandungan Gas Alam ini akan terus menyala sampai kita menutup kembali dengan tanah lubang yang telah di gali tadi.

Nama Tanjung Api sendiri diambil dari fenomena alam berupa semburan api yang keluar dari bawah pasir. Para wisatawan yang berkunjung ke tempat ini tidak perlu lagi membawa kompor jika ingin menanak nasi atau memasak air.

 

Selain memiliki Fenomena Alam yang unik, Tanjung Api juga memiliki panorama bawah laut yang sangat indah, cocok untuk melakukan atraksi Snorkeling. Para wisatawan juga akan dimanjakan dengan hamparan pasir putih yang bersih dan alami untuk menikmati mandi matahari ( berjemur ) maupun menikmati pemandangan matahari terbenam (Sunset).

Tanjung Api Ampana juga memiliki hutan tropis yang masih alami sehingga menjadi habitat beberapa hewan endemik seperti Anoa, Babi Rusa, Monyet, dan berbagai jenis Burung. Pemerintah Sulawesi Tengah telah menetapkan Objek Wisata ini sebagai salah satu cagar alam yang harus selalu dijaga. Hutan tropis yang alami dan ditemukannya beberapa hewan endemik ini, Tanjung Api juga menjadi tempat yang sangat Potensial untuk melakukan atraksi Trekking.

Permandian Malotong

90032671.jpg

 

malotong

 

Permandian Alam Malotong memiliki air yang sangat sejuk dan jernih yang terletak di Kecamatan Malotong Kecamatan Ampana Kota. Dewasa ini permandian Malotong menjadi tempat wisata bagi masyarakat lokal yang ada di Ampana Kota dan sekitarnya. Permandian Malotong sangat tepat untuk mengisi waktu libur dengan keluarga. Untuk berkunjung dilokasi wisata ini, kita dapat menggunakan Bendi (salah satu alat transportasi yang menggunakan pedati di tarik oleh Kuda). Permandian ini terdapat pasir putih yang indah dan cocok untuk mandi matahari serta olah raga Voli pantai.

Wisata Permandian Malotong ini merupakan “pintu masuk” ibukota Tojo Una-una, Ampana. Daya tarik yang ditawarkannya sangat bernuansa relaksasi. Air yang bening dan segar, dikelilingi oleh pegunungan kapur di bagian selatan, hutan asri di timur, pantai yang berpasir putih di sebelah barat dan pohon-pohon yang tumbuh alami didalam air dengan akar-akarnya yang berjuntai menambah exotic Wisata Permandian Malotong ini. Mungkin bisa menjadi alternatif terapi alami bagi yang stress akibat rutinitas.

Setiap harinya, lokasi ini ramai dikunjungi oleh orang-orang yang ber-rekreasi atau sekedar melepaskan kepenatan didalam sejuknya air Malotong. Pada musim liburan, di lokasi ini sering diadakan vestifal musik dan berbagai hiburan lainnya.

Bagi yang ingin menikmati makanan khas Tojo Una-una, disekitar lokasi Wisata Permandian Malotong ini terdapat beberapa warung makan yang ber-arsitektur rumah panggung. Tempat yang cocok bagi anda dan keluarga berileksasi di musim liburan.

Air Terjun Saluopa

saulopa4-55dd181db493731110386da2

Air Terjun Saluopa merupakan salah satu obyek wisata Sulawesi Tengah yang cukup terkenal di pulau Sulawesi karena keindahan alamnya yang memukau pengunjung. Wisatawan lokal maupun mancanegara yang kerap mengunjungi tempat ini, bahkan menyebutkan jika air Terjun Saluopa ini sebagai salah satu air terjun terbaik yang ada di Indonesia.

Air terjun ini juga dijuluki dengan sebutan Air Luncur Saluopa. Karena air terjun Saluopa memiliki sumber mata air dari pegunungan setempat yang sangat jernih serta airnya meluncur deras dari puncak gunung dengan ketinggian sekitar 25 meter.ya, air terjun ini terlihat sangat menarik karena memiliki 12 tingkatan dan setiap di setiap tingkatannya membentuk sebuah kolam kecil, serta tangga batu yang dapat didaki oleh para pengunjung karena tidak licin.

Air terjun Saluopa ini memiliki air yang sangat jernih dan bersih sehingga batu-batuan yang di lewati oleh aliran air terjun akan terlihat dengan sangat jelas. Untuk tangga yang terbuat dari batu, walaupun sudah terkena air hujan dan sudah berlumut tetapi tangga tersebut tidaklah licin sehingga masih bisa di pergunakan para pengunjung sebagai akses untuk menuju pada tingkatan-tingkatan air terjun. Selain di pergunakan sebagai akses menuju tingkatan-tingkatan air terjun, tangga yang terbuat dari batu tersebut juga bisa anda manfaaatkan untuk berfoto. Foto tersebut bisa anda simpan sebagai kenang-kenangan sewaktu berkunjung ke obyek wisata Air Terjun Saluopa. Terkandang diantara air terjun muncul pelangi yang sangat indah dan momen tersebut bisa anda manfaatkan sebagai latar belakang foto.

Selain itu, di sekitar lokasi air terjun ini anda akan temukan beraneka ragam fauna, juga menikmati panorama alam berupa hutan tropis yang sangat indah dan masih asri dengan udara yang segar. Oh iya, jangan kaget ketika anda sedang melewati hutan tropis ini, karena setiap pengunjung air terjun yang melewati hutan tropis ini, akan di sambut dengan suara atau kicauan binatang penghuni hutan. Selain melewati hutan tropis ini, pengunjung juga pasti akan melewati sebuah jembatan untuk menuju ke air terjun.

Air Terjun Saluopa terletak di Desa Tonusu, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, atau sekira 12 kilometer arah barat Kota Tentena, atau sekira 54 kilometer arah tenggara dari Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah.

Obyek wisata Air terjun Saluopa ini berada tidak terlalu jauh dengan Kota Tentena, tepatnya sebelah barat Kota Tentena atau kurang lebih jaraknya sekira 12 km. Jika anda sudah berada di Kota Tentena, anda bisa menggunakan transportasi umum atau kendaraan pribadi untuk menuju lokasi obyek wisata Sulawesi ini. Setelah itu, perjalanan menuju lokasi bisa di tempuh dengan jalan kaki yang sekira 500 meter. Ya, dengan melihat langsung kecantikan Air Terjun Saluopa ini, dijamin semua energi anda yang terkuras tadi, akan terbayar ketika tiba dilokasi air terjun terbaik Indonesia sebagaimana diklaim oleh banyak pengunjungnya.